Mendominasi Dengan Pressing
Dalam 25 menit pertama, Dortmund bermain sangat dominan. Jurgen Klopp menginstruksikan kepada anak buahnya untuk bermain dengan high pressing. Tidak hanya didaerah sendiri, bahkan high pressing tersebut dijalankan didaerah pertahanan Munchen. Lewandowski yang memang memiliki kelebihan dalam insting bertahannya meberikan tekanan lebih kepada dua centre back Munchen serta bersama Reus, mereka merusak konsentrasi double pivot Munchen malam itu. Gundogan dan Bender bermain cukup solid sebagai tembok pertama pertahanan Dortmund, bersama dengan Groskreutz yang jarang menyerang, mereka mengurung lini tengah Munchen yang kurang teroganisir pada awal jalannya pertandingan. Dengan high pressing yang diterapkan Klopp, kekurangan yang dimiliki Dortmund dalam memenangi duel udara dapat tertutupi dengan tekanan yang langsung diberikan saat bola jatuh ke lapangan.
Dari chalkboard diatas memperlihatkan tekanan yang diberikan Dortmund dalam 25 menit pertama. Intersep dan tekel banyak mereka lakukan di lini tengan bahkan di wilayah Munchen. Taktik berani yang diusung Klopp malam itu berhasil justru karena tidak bermainnya Gotze dan digantikan oleh Groskreutz. Ia bermain lebih defensif serta jarang melakukan tusukan ke pertahanan Munchen. Kemampuannya berduel ditunjang dengan badan yang besar, bersama dengan Schmelzer, mereka saling melapis pertahanan sisi kiri Dortmund dari serangan Robben dan Lahm. Dominasi Dortmund dalam 25 menit pertama semakin terlihat dari jumlah shot attempt Dortmund yang mencapai 6 dengan 4 diantaranya merupakan shot on target sedangkan Munchen hanya memperoleh 1 shot on target (lihat chalkboard dibawah).
Alur Serang Dortmund
Absennya Gotze pada partai final ini memang mengurangi daya kreatif serangan Dortmund. Dortmund yang biasanya memiliki dua otak kreatif (Reus dan Goetze), pada malam itu harus bertumpu pada Reus seorang. Groskreutz sendiri bukan tipikal pemain tengah dengan daya jelajah dan visi kreatif yang tinggi. Ia juga tidak rajin melakukan tusukan - tusukan atau sesekali cut inside ke lini pertahanan Munchen. Namun Klopp memberikan keleluasaan bagi Lewandowski dan Reus untuk berganti posisi dengan cair, seperti yang pernah terjadi di Manchester United kala Rooney-Ronaldo-Tevez disatukan. Jika dilihat dari player position, posisi Reus berada lebih depan dari Lewandowski (lihat chalkboard diatas). Dalam jalannya pertandingan sendiri Dortmund lebih bermain dengan formasi 4-4-1-1 ketimbang 4-2-3-1. Kombinasi antara Groskreutz-Reus/Lewandowski-Kuba saat menyerang dan peran Gundogan yang tidak hanya fokus bertarung di lini tengah tapi juga ikut memainkan serangan dengan mendorong bola kedepan untuk memasuki wilayah Munchen membuat Schweinsteiger dan Javi Martinez kerepotan. Double pivot Munchen akhirnya terbagi, ketika Schweinsteiger turun lebih dalam membantu dua centre back, Javi Martinez berjuang sendirian di lini tengah karena Robben dan Ribery bermain melebar dan kurang sigap untuk trackback selepas menyerang pada babak pertama.
Dari chalkboard diatas menunjukkan alur serangan Reus lebih condong dilakukan dari sisi kiri pertahanan Munchen yang malam itu dijaga oleh Alaba. Kombinasi duo Polandia, Kuba-Piszczek lah yang berjasa merusak link yang terjalin antara Alaba dan Ribery. Kuba dan Piszczek memberikan tekanan dan melalui kerjasamanya sukses membuat para penonton tidak melihat adanya Ribery malam itu. Reus yang melihat celah itu memanfaatkannya dengan mengeksploitasi lini pertahanan sebelah kiri Munchen. Ini membuat Alaba menjadi terlalu sibuk dibelakang dan tidak dapat memberikan support untuk Ribery yang habis ditahan Kuba dan Piszczek.
Munchen Membalik Keadaan
Dua gol Munchen malam itu memperlihatkan ketepatan Heynckes dalam menarik Roben ke tengah dan memberikan ruang bagi Muller untuk menjelajah sisi lapangan. Dortmund kerepotan dalam menjaga pergerakan Robben dan juga Muller-Ribery yang bermain dibelakangnya. Pada gol pertama terlihat jelas barisan belakang Dortmund terfokus pada Ribery dan tidak melihat pergerakkan tanpa bola Robben yang berbahaya dengan menusuk ketengah pertahanan Dortmund. Mandzukic dengan mudah menceploskan bola tanpa kawalan dari Schmelzer yang tertarik ketengah karena lini tengah pertahanan Dortmund ditinggal oleh Hummel dan Subotic. Dan pada gol penentu kemenangan menunjukkan konsentrasi lini belakang Dortmund mulai hilang, entah mengapa Piszczek menjadi kewalahan dalam menjaga Ribery, dan lagi - lagi kehadiran Robben dari second line tidak terdeteksi oleh Bender dan Gundogan.
Pemain Terbaik: Arjen Robben
Robben memiliki banyak peluang setidaknya ada tiga peluang emas dan satu diantaranya membuahkan gol kemenangan dan juga satu assist. Gerakan tanpa bolanya berbahaya, dan ia mampu menusuk dengan cepat ke jantung pertahanan Dortmund. Kurang baiknya penampilan Ribery mampu ia tutupi terutama setelah Heynckes menariknya agar lebih bermain ketengah.
Pemain Terburuk: Mats Hummels
Entah apa yang ada dipikiran Hummels malam itu, mungkin ia sudah tidak sabar untuk mengepak baju dan segera menaiki pesawat ke Barcelona. Dua gol Munchen merupakan hasil kealfaan Hummels dalam menjaga pemain Munchen. Gol pertama, ia menjadi orang terdekat dengan Robben yang bergerak masuk ke kotak pinalti Dortmund, namun Hummels tidak melihatnya. Gol kedua Hummels telat dalam menutup pergerakan Robben. Sepanjang permainan pun Hummels acap kali lupa kembali keposisinya ketika ia tertarik ke sisi kanan atau kiri pertahanan Dortmund.
Statistic by: -Stats Zone apps by Four Four Two & Opta
-Whoscored.com