Friday, May 31, 2013

Post Match Analysis: Borussia Dortmund vs Bayern Munchen

Dua kali diberikan harapan palsu saat final ditambah kekalahan yang menyesakkan musim lalu dikandang sendiri membuat kemenangan pada partai final kali ini menjadi lebih berkesan bagi Bayern Munchen. Trofi "Big Ear" sukses didaratkan Juup Heynckes diakhir masa baktinya bagi Die Roten. Partai yang berkesudahan dengan skor hanya 1-2 tidak mencerminkan jalannya pertandingan. Duel Der Klassiker berjalan sangat menarik, saling jual serangan dan diselingi aksi heroik dari kedua penjaga gawang. Tentu saja hal ini membungkam media dan bos UEFA, Michel Platini, yang mengatakan bahwa pertandingan akan berjalan membosankan karena mempertemukan dua tim satu negara dan Jerman pula. Ya, mungkin mereka terkahir kali menyimak sepakbola Jerman saat Lothar Matthaus dengan egonya bermain bagi timnas Jerman pada Euro 2000 demi memperoleh caps terbanyak.

Mendominasi Dengan Pressing

Dalam 25 menit pertama, Dortmund bermain sangat dominan. Jurgen Klopp menginstruksikan kepada anak buahnya untuk bermain dengan high pressing. Tidak hanya didaerah sendiri, bahkan high pressing tersebut dijalankan didaerah pertahanan Munchen. Lewandowski yang memang memiliki kelebihan dalam insting bertahannya meberikan tekanan lebih kepada dua centre back Munchen serta bersama Reus, mereka merusak konsentrasi double pivot  Munchen malam itu. Gundogan dan Bender bermain cukup solid sebagai tembok pertama pertahanan Dortmund, bersama dengan Groskreutz yang jarang menyerang, mereka mengurung lini tengah Munchen yang kurang teroganisir pada awal jalannya pertandingan. Dengan high pressing yang diterapkan Klopp, kekurangan yang dimiliki Dortmund dalam memenangi duel udara dapat tertutupi dengan tekanan yang langsung diberikan saat bola jatuh ke lapangan.

Dari chalkboard diatas memperlihatkan tekanan yang diberikan Dortmund dalam 25 menit pertama. Intersep dan tekel banyak mereka lakukan di lini tengan bahkan di wilayah Munchen. Taktik berani yang diusung Klopp malam itu berhasil justru karena tidak bermainnya Gotze dan digantikan oleh Groskreutz. Ia bermain lebih defensif serta jarang melakukan tusukan ke pertahanan Munchen. Kemampuannya berduel ditunjang dengan badan yang besar, bersama dengan Schmelzer, mereka saling melapis pertahanan sisi kiri Dortmund dari serangan Robben dan Lahm. Dominasi Dortmund dalam 25 menit pertama semakin terlihat dari jumlah shot attempt Dortmund yang mencapai 6 dengan 4 diantaranya merupakan shot on target sedangkan Munchen hanya memperoleh 1 shot on target (lihat chalkboard dibawah).



Alur Serang Dortmund



Absennya Gotze pada partai final ini memang mengurangi daya kreatif serangan Dortmund. Dortmund yang biasanya memiliki dua otak kreatif (Reus dan Goetze), pada malam itu harus bertumpu pada Reus seorang. Groskreutz sendiri bukan tipikal pemain tengah dengan daya jelajah dan visi kreatif yang tinggi. Ia juga tidak rajin melakukan tusukan - tusukan atau sesekali cut inside ke lini pertahanan Munchen. Namun Klopp memberikan keleluasaan bagi Lewandowski dan Reus untuk berganti posisi dengan cair, seperti yang pernah terjadi di Manchester United kala Rooney-Ronaldo-Tevez disatukan. Jika dilihat dari player position, posisi Reus berada lebih depan dari Lewandowski (lihat chalkboard diatas). Dalam jalannya pertandingan sendiri Dortmund lebih bermain dengan formasi 4-4-1-1 ketimbang 4-2-3-1. Kombinasi  antara Groskreutz-Reus/Lewandowski-Kuba saat menyerang dan peran Gundogan yang tidak hanya fokus bertarung di lini tengah tapi juga ikut memainkan serangan dengan mendorong bola kedepan untuk memasuki wilayah Munchen membuat Schweinsteiger dan Javi Martinez kerepotan. Double pivot Munchen akhirnya terbagi, ketika Schweinsteiger turun lebih dalam membantu dua centre back,  Javi Martinez berjuang sendirian di lini tengah karena Robben dan Ribery bermain melebar dan kurang sigap untuk trackback selepas menyerang pada babak pertama.



Dari chalkboard diatas menunjukkan alur serangan Reus lebih condong dilakukan dari sisi kiri pertahanan Munchen yang malam itu dijaga oleh Alaba. Kombinasi duo Polandia, Kuba-Piszczek lah yang berjasa merusak link yang terjalin antara Alaba dan Ribery. Kuba dan Piszczek memberikan tekanan dan melalui kerjasamanya sukses membuat para penonton tidak melihat adanya Ribery malam itu. Reus yang melihat celah itu memanfaatkannya dengan mengeksploitasi lini pertahanan sebelah kiri Munchen. Ini membuat Alaba menjadi terlalu sibuk dibelakang dan tidak dapat memberikan support untuk Ribery yang habis ditahan Kuba dan Piszczek.

Munchen Membalik Keadaan


Dengan kondisi lini tengah yang dikuasai Dortmund dengan high pressing-nya yang merepotkan, Juup Heynckes berusaha keluar dari tekanan tersebut, pelatih gaek tersebut meng-counter taktik Klopp dengan melakukan umpan direct ke Mandzukic. Boateng menjadi aktor utama atas umpan - umpan panjang yang dilakukan Munchen, tercatat 7 long pass ke daerah pertahanan Dortmund berhasil Boateng lakukan. Keunggulan Munchen dalam duel udara benar - benar menjadi penyelamat pada malam itu selain pressing Dortmund yang mengendur pada babak kedua. Dengan umpan direct langsung kedepan, Munchen mulai mendapatkan peluang. Pada babak kedua, Dortmund mulai mengendur, memang sulit bermain dengan high pressing selama 90 menit. Munchen memanfaatkan keadaan dengan bermain lebih menyerang dan menempatkan Robben untuk membuka ruang ditengah. Lini tengah dan belakang Dortmund yang mulai menurun performanya juga tidak siap dengan perubahan gaya bermain Munchen membuat jalannya pertandingan menjadi terbalik. Munchen mendominasi pada babak kedua.























Dua gol Munchen malam itu memperlihatkan ketepatan Heynckes dalam menarik Roben ke tengah dan memberikan ruang bagi Muller untuk menjelajah sisi lapangan. Dortmund kerepotan dalam menjaga pergerakan Robben dan juga Muller-Ribery yang bermain dibelakangnya. Pada gol pertama terlihat jelas barisan belakang Dortmund terfokus pada Ribery dan tidak melihat pergerakkan tanpa bola Robben yang berbahaya dengan menusuk ketengah pertahanan Dortmund. Mandzukic dengan mudah menceploskan bola tanpa kawalan dari Schmelzer yang tertarik ketengah karena lini tengah pertahanan Dortmund ditinggal oleh Hummel dan Subotic. Dan pada gol penentu kemenangan menunjukkan konsentrasi lini belakang Dortmund mulai hilang, entah mengapa Piszczek menjadi kewalahan dalam menjaga Ribery, dan lagi - lagi kehadiran Robben dari second line tidak terdeteksi oleh Bender dan Gundogan.

Pemain Terbaik: Arjen Robben

Robben memiliki banyak peluang setidaknya ada tiga peluang emas dan satu diantaranya membuahkan gol kemenangan dan juga satu assist. Gerakan tanpa bolanya berbahaya, dan ia mampu menusuk dengan cepat ke jantung pertahanan Dortmund. Kurang baiknya penampilan Ribery mampu ia tutupi terutama setelah Heynckes menariknya agar lebih bermain ketengah.

Pemain Terburuk: Mats Hummels

Entah apa yang ada dipikiran Hummels malam itu, mungkin ia sudah tidak sabar untuk mengepak baju dan segera menaiki pesawat ke Barcelona. Dua gol Munchen merupakan hasil kealfaan Hummels dalam menjaga pemain Munchen. Gol pertama, ia menjadi orang terdekat dengan Robben yang bergerak masuk ke kotak pinalti Dortmund, namun Hummels tidak melihatnya. Gol kedua Hummels telat dalam menutup pergerakan Robben. Sepanjang permainan pun Hummels acap kali lupa kembali keposisinya ketika ia tertarik ke sisi kanan atau kiri pertahanan Dortmund.

Statistic by: -Stats Zone apps by Four Four Two & Opta
                  -Whoscored.com

Wednesday, May 29, 2013

Bye Bye Becks !




Minggu sore di tahun 1998, di hari terakhir libur kenaikan kelas, membuat saya harus bergegas potong rambut ke tukang cukur kesayangan. Kita tahu sampai sekarang saat - saat seperti ini lah dimana tukang cukur lebih ramai dari pada sevel di malam minggu. Rutinitas potong rambut sebelum masuk sekolah selalu terasa mencekam. Saya tidak suka rambut pendek, terlihat seperti Paul Gascoigne. Bantet. Dengan langkah penuh rasa malas, saya memasuki ruangan penuh kaca tersebut, sekelebat terlihat model - model "Top Collection" menempel di dinding. Tidak, saya tidak mau berpotongan seperti John Travolta di film Grease. Jangan, jangan berikan saya nomer 25, itu terlihat seperti Jeff Goldblum di film Jurassic Park. Entah mengapa sore itu saya meneguhkan niat untuk berpotongan seperti David Beckham. Ya, belah tengah yang menawan, walaupun ketika diaplikasikan ke kepala saya tidaklah lebih seperti Paul Gascoigne berambut. Tetap bantet.


Saya memilih Beckham bukanlah asal atau dibisiki hal aneh layaknya Van Persie dibisiki oleh "The Little Boy inside me" saat memutuskan untuk menjadi Judas bagi Arsenal. Beckham saat itu menjadi pujaan saya, bocah berumur 7 tahun. Saat itu tentu saya tidak tahu bahwa Beckham memiliki crossing yang mematikan nan indah, tidak jg tahu bahwa Beckham memiliki tendangan bebas yg akurat dengan posisi menendang yang unik. Beckham yang saya tahu hanya Beckham yang ganteng dan memakai nomer kesukaan saya (nomer 7) di tim kesayangan saya. Ketika beranjak dewasa barulah saya tahu bahwa Beckham adalah ikon sepak bola modern, dialah "brand" bagi dirinya dan apapun yang iya sentuh. Bahkan kalau Beckham mau egois, dia tidak perlu menaruh namanya di sepatu sepakbola keluaran Jerman, dia bisa membuat brand sendiri seperti dia membuat David Beckham Soccer yang menjadi game bola bagi para hipster di PS2.




Sore hari ini saya kembali mengingat apa yang telah Beckham pertontonkan selama saya menikmati sepakbola. Tendangan bebasnya ke gawang Barcelona pada UCL 98/99 begitu indah, Ruud Hesp harus membentangkan tangannya namun tetap tidak bisa menggapai bola tersebut. Ditambah momen selebrasi Beckham yang sebenarnya cukup amburadul namun membekas diingatan karena selalu menjadi opening ditayangan Planet Football di RCTI. Sangat membekas diingatan ketika dua kali tendangan sudut Beckham mengawali dua gol yang membawa MU mendapatkan "Tanah Berjanji"-nya di Final UCL 98/99 yang berakhir teramat dramatis. Bagaimana Beckham menambah cemoohan media Inggris terhadap MU saat mendapat kartu merah karena mendaratkan kakinya ke paha pemain Necaxa pada perhelatan World Club Championship, pada awal musim MU memutuskan untuk tidak mengikuti FA Cup demi mengikuti event tersebut dan ini dinilai memalukan oleh media Inggris. Menurut @hedi, isu kepindahan Beckham ke Real Madrid menjadi berita kepindahan pemain bola dengan durasi terlama. Berita tersebut selalu masuk koran selama 5 bulan. Bahkan melebihi si bocah labil Eden Hazard yang hanya memiliki durasi 3 bulan.



Sayang Beckham tidak memiliki momen emas bersama St George Cross. Kartu merahnya yang ia dapatkan karena aksi teatrikal Diego Simeone, tendangan bebas indahnya ke gawang Yunani, mungkin jadi hal yang kita ingat dari kiprah Beckham bagi timnas Inggris. Juga  kehadirannya di pinggir lapangan pada World Cup 2010 yang membuat para wanita mulai dari dedek - dedek gemes sampai ibu beranak tiga kebingungan mencari pelampiasan dari menawannya Beckham saat itu. Tapi tidak adanya piala yang ia beri bagi timnas Inggris bukanlah persoalan serius, lagi pula Johan Cruyff juga tidak meberikan apa - apa bagi timnas Belanda.



Dipenghujung karirnya, Beckham tetaplah Beckham, tidak pernah meredup. Kepindahaannya ke LA Galaxy membuat nilai jual Major League Soccer meningkat tajam. Dipilihnya sebagai ketua kampanye Inggris dalam memperebutkan tuan rumah World Cup 2018 tidak lebih dikarenakan nilai jual Beckham yang tetap tinggi. Merebak isu yang mengatakan bahwa kepindahan Beckham ke Paris Saint Germain lebih sebagai unjuk kekayaan dari sang owner Nasser Al Khelaifi dan menaikkan pride Qatar dimata dunia. Meminjam kata - kata yang diutarakan Gary Lineker kepada Becks, "A wonderful player, global superstar and a magnificent ambassador for England and for football".



Paris Saint Germain vs Brest menjadi laga terakhirnya, 847 partai telah ia mainkan. Tangisannya saat memeluk Lavezzi yang menggantikannya dimenit 82 diikuti dengan standing ovation dari sekitar 45.000 penonton yang memadati Parc des Prince menjadi pengantar langkahnya keluar dari lapangan yang ia sangat cintai. Beckham mungkin gantung sepatu, namun namanya tidak akan menghilang dari berita. Entah ia akan melanjutkan karir sebagai seorang entertainer atau mengambil kursus kepelatihan atau malah mengambil ekstrakurikuler olahraga lain seperti Michael Jordan ?



Bye Bye Becks!



image by: Getty Images, Associated Press.

Friday, August 17, 2012

Medan Laga Bernama EPL

Selamat datang EPL 2012/2013 ! Kurang dari 24 jam lagi, kita akan menyaksikan kembali kasta tertinggi liga sepakbola di tanah Inggris. 20 tim telah mempersiapkan racikan - racikan istimewa yang dapat mengantarkan timnya melalui medan berat 38 pertandingan (belum termasuk F.A. Cup, League Cup dan ajang eropa bagi yang menjalankannya). Bursa transfer musim panas menjadi ajang adu gengsi dan adu pamer skuad. Laga pre-season dijalankan untuk mengasah pemain baru, bakat muda terpendam, sampai urusan pelebaran sayap bisnis.

Mari mulai dari sang jawara, Manchester City. Tidak ada nama yang fantastis! bombastis! dan jegerrrrr!!! didatangkan Sheikh Mansour ke Etihad Stadium, hanya ada nama Jack Rodwell  sejauh ini yang berhasil didatangkan City. Tentunya City tidak mau masa bulan madunya dengan trofi EPL berakhir lebih cepat dari masa pacaran Anang-Ashanti, City menjaga kesolidan timnya dengan tidak membeli banyak pemain baru. Atau City mulai tidak pede dengan jumlah hutang dan kewajiban dari Financial Fair Play (FFP) yang membuat City harus mencapai Break Even Point pada musim mendatang. Alasan kedua agak meragukan, apalagi melihat kekayaan Sheikh Mansour dan tingkat kesetiaan fans City yang akan memadati Etihad dan pulang mampir ke toko cinderamata sekedar membeli tempelan kulkas berlogo Manchester City. Sempat merasakan dua dekade tanpa gelar dan terus mendukung bersama, tentu kesetiaan mereka tiada tara. Namun, apa yang dilakukan para lawan disaat City adem ayem ?

Lihat dua tim besar yang musim lalu berada di tempat yang tidak semestinya (setidaknya menurut fans mereka), Chelsea dan Liverpool. Kedua tim memilih jalan yang berbeda untuk mendongkrak posisi di musim 2012/2013. Chelsea mendatangkan nama besar seperti Eden Hazard (juga termasuk mendatangkan adiknya, mungkin ikut pula ibu dan bapaknya), Marko Marin dan Oscar yang katanya fenomenal. Tidak berhenti sampai disitu, karena masih sering terlihat para fans Chelsea me-retweet kabar tentang usaha Chelsea mendatangkan setidaknya dua nama baru, Victor Moses dan Cesar Azpilicueta. Memang taipan minyak asal Rusia tidak pernah puas, atau ia sekedar jaga - jaga tidak ingin mengulang peristiwa terdahulu dimana harus memegang dan mengelus dadanya sambil bersandar lesu di bangku kehormatan stadion.

Liverpool memilih cara yang berbeda, mereka mendatangkan Brendan Rodgers dari Swansea untuk memberikan aroma ke-Barcelona - Barcelona-an yang sukses ia mainkan di Swansea kepada pendukung setia Liverpool di Anfield. Ditambah kehadiran Borini dari Roma, Joe Allen yang juga anak asuh Rodgers di Swansea dan dua terget transfer lainnya, Nuri Sahin dan Clint Dempsey yang akan membuat lini tengah Liverpool padat penuh sesak.

Bagaimana dengan Manchester United ? Rasa sakit hati musim lalu yang dijalani dengan hilangnya calon trofi EPL ke-20 mereka, kalah di F.A. Cup dan League Cup serta tergusur dari UCL di babak grup dan hanya jadi penggembira di Europa League tentu harus dikubur dalam - dalam. United memulai musim baru dengan tambahan amunisi yang cukup menjanjikan. Shinji Kagawa diboyong dari Dortmund dan RvP dari tim yang hobi menjual bintang dan membakar kaos mantan bintangnya yang katanya memiliki stadion terbaik di dunia. Pencapaian United pada bursa transfer musim ini tergolong baik, setelah sempat disakiti Lucas Moura dengan harapan palsu. Musim ini menjadi pembuktian bagi Sir Alex Ferguson bahwa ia masih mampu memimpin United dan mengunyah permen karet di pinggir lapangan.

Lalu bagaimana dengan tim lain yang mampu merusak hegemoni tim - tim besar ? Seperti Spurs dan Newcastle misalnya. Spurs terlihat sangat serius menyongsong musim baru, mendepak Harry "Houdini" Redknapp digantikan dengan pelatih muda dengan hobi jongkok, Andre Villas-Boas. Juga masuknya Verthongen serta Gylfi Sigurdsson membuat kepergian Ledley King yang pensiun dan Luca Modric yang semakin dekat ke Real Madrid menjadi berita yang tidak perlu dihebohkan para fans Spurs. Newcastle sendiri tidak banyak berubah. Duet fenomenal musim lalu, Demba Cisse dan Demba Ba masih menjadi senjata utama didukung Ben Arfa dan Cabaye di lini kedua.

Siap tidak siap, Sabtu 18 Agustus, genderang perang EPL segera ditabuh dan terus bersuara selama 38 pekan. Selamat menyaksikan dan upsss... ada yang terlewat. Tim yang hobi menjual bintang dan membakar kaos mantan bintangnya yang katanya memiliki stadion terbaik di dunia (selanjutnya sebut saja Arsenal) lupa dibahas. Mari dibahas, mereka kedatangan Lukas Podolski dan Olivier Giroud sebagai senjata terbaru yang dapat menghancurkan lawan dan pindah ke tim lain musim depan. Sekian.


Thursday, May 31, 2012

EURO 2012 - Players to Watch

Perhelatan akbar Euro 2012 segera dimulai, empat tahun sudah berlalu sejak gol tunggal Fernando Torres ke gawang Jens Lehman mengantar Spanyol menjadi juara Eropa. Kini, enam belas negara kembali adu strategi untuk mengangkat trophy Henri Delauney dan menjadi juara di ajang yang digelar untuk keempat belas kalinya. 

Setiap negara telah menyiapkan amunisi terbaik yang dapat dibawa ke Ukraina-Polandia. Saya telah menyiapkan enam belas nama dari tiap negara yang patut kita tunggu aksinya pada ajang empat tahunan ini.

Grup A

Polandia : Robert Lewandowski (Striker-Borussia Dortmund)
Mengantar Borussia Dortmund back to back champion plus juara DFB Pokal merupakan prestasi yang tidak bisa dibilang kecil, torehan golnya di musim ini yang mencapai 30 gol disemua ajang, termasuk 22 gol di Bundesliga menjadi bukti berbahayanya pemain ini. Dalam skuad yang telah dirilis Franciszek Smuda dapat dilihat Lewandowski akan di plot sebagai striker tunggal, bersama rekannya di Borussia Dortmund, Jakub Blaszczykowski dan Lukasz Pisczek patut ditunggu aksi dan gol - gol dari Robert Lewandowski di Ukraina-Polandia.

Yunani : Kyriakos Papadopoulos (Defender-Schalke 04)
Masih berusia 20 tahun namun telah menjadi andalan di lini belakang Schalke 04 serta turut membawa Schalke 04 finish di urutan tiga Bundesliga. Menampilan konsistennya di lini belakang Schalke 04 harusnya membuat pelatih Yunani, Fernando Santos, menjadikan Papadopoulos sebagai starting line-up Yunani di Euro 2012 nanti. Terlebih jika kita melihat prestasi Yunani setelah juara pada Euro 2004 dapat dikatakan jauh dari kata bagus. Papadopoulos memiliki tipikal permainan yang keras dan tangguh, dengan tinggi 1.83m dan berat 85kg rasanya cocok untuk memberikan kemudi lini belakang Yunani kepadanya.

Rusia : Alan Dzagoev (Midfielder-CSKA Moscow)
Playmaker berusia 21 tahun ini dikenal memiliki teknik yang bagus, digadang oleh para pengamat sepakbola sebagai calon pengatur serangan terbaik di Rusia tidaklah salah, terutama jika kita melihat permainannya untuk CSKA Moscow musim ini. Posisinya mungkin sedikit tumpang tindih dengan Arshavin, namun Dzagoev memiliki tipikal permainan yang lebih elegan dan flamboyan yang dapat mengingatkan kita kepada Il Tsar, Alexandr Mostovoi yang termahsyur namanya di era 90-an. Patut disimak apakah Dick Advocaat memberikan porsi cukup kepada pemain yang satu ini pada Euro 2012 nanti.

Rep. Ceska : Tomas Pekhart (Striker-FC Nuremberg)
Sebetulnya ada nama lain yang dapat diajukan, Tomas Necid yang sering disebut sebagai The Next Zlatan Ibrahimovic, namun cidera ligamen yang mengganggunya musim ini menjadi kendala permainannya bagi Rep. Ceska. Kembali pada Tomas Pekhart, saya masih ingat permainan menariknya pada UEFA under-21 Championship, termasuk golnya yang menyingkirkan Inggris. Pekhart juga mengantar Rep. Ceska ke final World Cup under-20 namun kalah oleh Argentina. Bersama tandemnya Necid menarik untuk dilihat kiprahnya bagi tim asuhan Michal Bilek.

Grup B

Belanda : Kevin Strootman (Midfielder-PSV Eindhoven)
Muncul sebagai rising star PSV Eindhoven dengan caps 18 game dan 2 gol membuat beberapa klub besar memasukkan namanya pada list incaran pada bursa transfer. Jika kita lihat permainan Strootman maka akan terbayang kuatnya permainan Patrick Vieira namun dengan akurasi umpan yang lebih baik. Untuk Belanda, Strootman akan mengisi pos Mark van Bommel yang mulai termakan usia, ini pun jika Bert van Marwijk masih mempertahankan strategi anti-Belanda nya.

Denmark : Christian Eriksen (Midfielder-Ajax Amsterdam)
Baiknya tulisan ini dihentikan sampai sini, tidak ada lagi yang perlu dijelaskan mengenai Eriksen. Visi yang bagus, dapat mengatur ritme permainan, dapat bermain dengan sempurna sebagai playmaker dan tidak mengecewakan bila ditempatkan sejajar dengan garis tengah. Pemain ini menjadi roh Ajax dalam menjuarai Eredivisie musim ini, bersama Denmark permainannya melejit pada UEFA under-21 Championship. Satu tempat utama akan disediakan Morten Olsen untuknya.

Jerman : Mario Goetze (Midfielder-Borussia Dortmund)
Sama halnya dengan tulisan diatas, rasanya dengan hanya menyebut namanya kita sudah tau kualitas permainannya. Cepat dan memiliki teknik tinggi ditambah dua kaki yang sama kuatnya menjadi alasan kenapa Goetze menjadi kekuatan utama klubnya musim ini, walaupun sempat dirundung cedera di akhir musim namun kualitasnya tetap terjaga. Semoga saja Joachim Low memberikan satu tempat kepadanya terlebih menurunnya performa Thomas Muller, tidak seperti World Cup 2010 lalu yang hanya sebagai ban serep.

Portugal : Joao Moutinho (Midfielder-Porto)
Bosan rasanya bila melulu nama Cristiano Ronaldo atau Luis Nani yang disebut sebagai kunci permainan Portugal, terlalu mainstream. Portugal masih memiliki Joao Moutinho, pemain yang masuk pada usia matang. Menjadi kekuatan lini tengah Porto dalam menjuari liga musim ini, baik dalam menyerang juga bertahan sehingga dapat mengimbangi permainan Ronaldo dan Nani yang sangat menyerang. Jika tidak cedera maka jaminan satu tempat di skuad Paulo Bento menjadi miliknya dan semoga saja ia dapat membantu Ronaldo, paling tidak agar tidak menangis lagi.

Grup C

Spanyol : Fernando Torres (Striker-Chelsea)
Tadinya saya menaruh nama Roberto Soldado, namun dalam rilisan terakhir skuad Vicente del Bosque nama itu menghilang. Agak mengagetkan jika nama Torres masuk dalam player to watch Spanyol yang dipenuhi segudang pemain bertalenta. Lebih parah lagi jika melihat apa yang Torres sudah lakukan musim ini,  aksi lucunya saat bertandang ke Old Trafford, serta torehan golnya yang tidak lebih dari Miljan Radovic dari Persib. Tapi bukan Torres namanya jika tidak bisa mengejutkan dunia, kita tunggu saja.

Italia : Claudio Marchisio (Midfielder-Juventus)
Tidak tersentuhnya Juventus oleh kekalahan di Serie A tidak lepas dari peran Claudio Marchisio. Gelandang pekerja keras ini tampil begitu konsisten, catatan 36 game 9 gol dan 4 assist buktinya. Ia mampu bermain bertahan dan menyerang sama baiknya tipikal pemain tengah yang komplit, keras saat bertahan lalu tiba - tiba berada pada lini depan Juventus untuk memecah kebuntuan. Cesare Prandelli tentu menyadari betul hal ini dan tidak punya alasan untuk tidak memasukkan apabila ia fit.

Rep. Irlandia : James McClean (Midfielder-Sunderland)
Pada putaran pertama EPL nama James McClean tidak banyak orang tahu, talentanya tertutupi oleh Steve Bruce yang jarang memainkannya, namun setelah masuknya Martin O'Neill sebagai manajer Sunderland, nama McClean mencuat. McClean memiliki kecepatan dan cukup agresif dalam bertahan dan menyerang, sumbangan 5 gol bagi Sunderland dapat dikategorikan cukup subur bagi seorang gelandang sayap. Minimnya pemain bagus di Rep. Irlandia membuat Giovanni Trappatoni pikir - pikir untuk menyingkirkan namanya.

Kroasia : Nikica Jelavic (Striker-Everton)
Kata siapa butuh uang besar untuk mendapatkan servis striker haus gol ? Nikica Jelavic terbukti salah satu transfer sukses pada musim dingin kemarin, 9 gol dari 13 game cukup menjadi bukti. Saat masuk Everton, Jelavic muncul sebagai striker menakutkan, tidak bisa dilupakan aksinya ke gawang Manchester United yang mengagalkan niatan MU untuk gelar ke-20 nya. Jika dilihat dari skuad yang dibawa Slaven Bilic ke Ukraina-Polandia, Jelavic memiliki kemungkinan besar masuk starting line-up dan mencetak gol, sebab pemain tengah Kroasia cukup ampuh dalam masalah suplai bola.

Grup D

Ukraina : Andriy Yarmolenko (Striker-Dynamo Kiev)
Nama Artem Milevskiy harus dicoret dari list calon pengganti Andriy Shevchenko. Ya, sekarang Ukraina punya Andriy Yarmolenko, dengan usia yang masih muda, ia mampu menjadi striker utama Dynamo Kiev. 12 gol yang dihasilkan dari 28 pertandingan memperlihatkan ketajamannya. Yarmolenko dapat berposisi sebagai striker maupun winger. Bila Shevchenko menjadi kapten Ukraina asuhan Oleg Blokhin, maka patut ditunggu aksi dua striker berkelas beda generasi ini.

Swedia : Sebastian Larsson (Midfielder-Sunderland)
Performa yang tidak stabil dari Zlatan Ibrahimovic bersama Swedia menjadi alasan kenapa Sebastian Larsson saya masukan. Larsson tampil konsisten musim ini bagi Sunderland, 32 game plus 7 gol ia berikan bagi Sunderland. Larsson merupakan gelandang yang memiliki tendangan jarak jauh yang baik, umpannya pun cukup baik. Menarik menyaksikan aksinya di lini tengah Swedia bersama Rasmus Elm dibawah pelatih Erik Hamren.

Perancis : Hatem Ben Arfa (Midfielder-Newcastle United)
Musim in merupakan musim lahirnya kembali Hatem Ben Arfa. Pemain yang dulu digadang lebih baik dari Samir Nasri ini sempat menurun performanya akibat sifat kerasnya dan hantaman Nigel de Jong di awal karirnya untuk Newcastle United. Semoga saja Laurent Blanc dapat memaksimalkan talentanya sebaik yang dilakukan Alan Pardew. Jika Hatem Ben Arfa masuk dalam starting line-up Perancis menarik menyaksikan aksinya bersama para alumni Clairefontaine.

Inggris : Andy Carroll (Striker-Liverpool)
Sama halnya dengan Fernando Torres, striker kuncir ini menjadi tanda tanya besar dari kasus transfer besar hasil minim yang menjangkiti EPL beberapa musim ini. Namun sepertinya Roy Hodgson memberikan mandat kepada Carroll untuk menggantikan peran Rooney yang terkena sanksi kartu merah dalam dua laga awal melawan Perancis dan Swedia. Semoga Carroll dapat mengejutkan kita semua. Siapkan kuncir anda !

Tuesday, September 29, 2009

Sekilas Tentang Andriy Shevchenko


Andrei Nikolaevich Shevchenko lahir di Dvirkivschyna, Uni Soviet, 29 September 1976; umur 32 tahun; juga akrab dipanggil Sheva) adalah seorang pesepak bola Ukraina yang bermain sebagai striker untuk AC Milan dan Ukraina. Bertinggi tubuh 183 cm.
Shevchenko memulai karirnya dengan klub Ukraina Dinamo Kiev, di mana di bawah arahan Valeri Lobanovsky dia tumbuh menjadi salah satu pemain yang paling penting dan terampil di klub tersebut.
Pada 1999, Shevchenko bergabung dengan AC Milan di Italia dengan harga sebesar $26 juta dan telah menjadi salah seorang pemain terpenting Milan. Sejak bergabung dengan Milan, dia telah dua kali meraih gelar Seri A, pada musim 1999/2000, dan 2003/2004. Selain itu, dia juga telah satu kali mencicipi gelar Piala/Liga Champions pada musim 2002/2003. Pada Liga Champions musim 2005/2006 ia mencetak sejarah sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang sejarah liga tersebut. Pada Mei 2006, ia pindah ke Chelsea FC di Liga Inggris dengan rekor transfer termahal di Inggris saat itu dengan alasan bahwa ia ingin anaknya dibesarkan di lingkungan berbahasa Inggris. Saat pindah, ia merupakan pencetak gol terbanyak kedua sepanjang sejarah bagi Milan di belakang Gunnar Nordahl dengan 173 gol. Karirnya di Chelsea tidak secemerlang di Milan dan ia hanya mencetak 22 gol dalam 76 pertandingan di seluruh kompetisi (9 gol dalam 47 pertandingan di liga). Pada 23 Agustus 2008, Chelsea mengumumkan persetujuan kembalinya Shevchenko ke Milan. Namun kembalinya Shevchenko ke Milan tidak serta merta mengembalikan kejayaannya di Milan, hanya bertahan semusim, akhirnya pada bursa transfer tahun ini Shevchenko hijrah ke klub asalnya dulu semasa ia muda Dinamo Kiev.
Pada Desember 2004 Shevchenko dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Eropa tahun itu. Dia juga disebut oleh Pele sebagai salah satu dari 125 pesepak bola terbaik dunia yang masih hidup pada bulan Maret 2004.